PROVINSI JAWA TENGAH
Jawa
Tengah merupakan sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau
Jawa. Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah barat, Samudra
Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Jawa Timur di sebelah
timur, dan Laut Jawa di sebelah utara . Luas wilayah 34.548 km2,
atau sekitar 28,94% dari luas pulau Jawa. Provinsi Jawa Tengah juga meliputi
Pulau Nusakambangan di sebelah selatan (dekat dengan perbatasan Jawa Barat),
serta Kepulauan Karimun Jawa di Laut Jawa.
Gambar
0-1 Peta Jawa Tengah
PERTUMBUHAN PENDUDUK DI JAWA TENGAH
Pertumbuhan
penduduk di Jawa Tengah adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi dalam perkembangan sosial ekonomi di Provinsi tersebut.
Karena jika penduduk di Provinsi Jawa Tengah bertambah maka akan menyebabkan
kepadatan penduduk atau ledakan penduduk yang akan mempengaruhi ketersediaan
lapangan pekerjaan, pangan, dan papan. Dengan demikian akan terjadi kesenjangan
ekonomi antara warga Provinsi satu dengan yang lainnya yang tidak dapat
dihindari lagi.
Gambar
0-2 Ilustrasi Kepadatan Penduduk
JUMLAH
PENDUDUK JATENG TAHUN 2013
Sumber : Disnakertransduk
Provinsi jawa Tengah
No.
|
Kode
|
Kab./kota
|
Pria
|
%
|
Wanita
|
%
|
Jumlah
|
%
|
1
|
33.1
|
CILACAP
|
916.226
|
50.95%
|
882.073
|
49,05%
|
1.798.299
|
5,19%
|
2
|
33.2
|
BANYUMAS
|
866.811
|
50.89%
|
836.639
|
49,11%
|
1.703.450
|
4,91%
|
3
|
33.3
|
PURBALINGGA
|
469.922
|
50.85%
|
454.180
|
49,15%
|
924.102
|
2,67%
|
4
|
33.4
|
BANJARNEGARA
|
503.131
|
51.27%
|
478.231
|
48,73%
|
981.362
|
2,83%
|
5
|
33.5
|
KEBUMEN
|
691.456
|
51.23%
|
658.179
|
48,77%
|
1.349.635
|
3,89%
|
6
|
33.6
|
PURWOREJO
|
373.519
|
50.33%
|
368.630
|
49,67%
|
742.149
|
2,14%
|
7
|
33.7
|
WONOSOBO
|
434.884
|
51.52%
|
409.286
|
48,48%
|
844.170
|
2,43%
|
8
|
33.8
|
MAGELANG
|
645.138
|
51.03%
|
619.127
|
48,97%
|
1.264.265
|
3,65%
|
9
|
33.9
|
BOYOLALI
|
495.234
|
50.93%
|
477.053
|
49,07%
|
972.287
|
2,80%
|
10
|
33.10
|
KLATEN
|
633.314
|
50.01%
|
633.110
|
49,99%
|
1.266.424
|
3,65%
|
11
|
33.11
|
SUKOHARJO
|
436.251
|
50.44%
|
428.609
|
49,56%
|
864.860
|
2,49%
|
12
|
33.12
|
WONOGIRI
|
495.994
|
50.17%
|
492.709
|
49,83%
|
988.703
|
2,85%
|
13
|
33.13
|
KARANGANYAR
|
404.228
|
49.32%
|
415.361
|
50,68%
|
819.589
|
2,36%
|
14
|
33.14
|
SRAGEN
|
466.671
|
50.26%
|
461.919
|
49,74%
|
928.590
|
2,68%
|
15
|
33.15
|
GROBOGAN
|
684.586
|
50.28%
|
677.094
|
49,72%
|
1.361.680
|
3,93%
|
16
|
33.16
|
BLORA
|
438.493
|
50.17%
|
435.578
|
49,83%
|
874.071
|
2,52%
|
17
|
33.17
|
REMBANG
|
310.004
|
50.67%
|
301.747
|
49,33%
|
611.751
|
1,76%
|
18
|
33.18
|
PATI
|
611.687
|
49.90%
|
614.204
|
50,10%
|
1.225.891
|
3,54%
|
19
|
33.19
|
KUDUS
|
397.170
|
49.76%
|
401.014
|
50,24%
|
798.184
|
2,30%
|
20
|
33.20
|
JEPARA
|
602.662
|
50.55%
|
589.546
|
49,45%
|
1.192.208
|
3,44%
|
21
|
33.21
|
DEMAK
|
554.864
|
50.47%
|
544.513
|
49,53%
|
1.099.377
|
3,17%
|
22
|
33.22
|
SEMARANG
|
496.989
|
50.56%
|
485.954
|
49,44%
|
982.943
|
2,83%
|
23
|
33.23
|
TEMANGGUNG
|
383.158
|
50.87%
|
370.125
|
49,13%
|
753.283
|
2,17%
|
24
|
33.24
|
KENDAL
|
474.684
|
50.50%
|
465.355
|
49,50%
|
940.039
|
2,71%
|
25
|
33.25
|
BATANG
|
384.063
|
50.62%
|
374.672
|
49,38%
|
758.735
|
2,19%
|
26
|
33.26
|
PEKALONGAN
|
453.084
|
49.73%
|
458.012
|
50,27%
|
911.096
|
2,63%
|
27
|
33.27
|
PEMALANG
|
742.947
|
51.15%
|
709.627
|
48,85%
|
1.452.574
|
4,19%
|
28
|
33.28
|
TEGAL
|
709.563
|
51.35%
|
672.304
|
48,65%
|
1.381.867
|
3,99%
|
29
|
33.29
|
BREBES
|
949.966
|
51.23%
|
904.355
|
48,77%
|
1.854.321
|
5,35%
|
30
|
33.71
|
KOTA MAGELANG
|
60.159
|
48.89%
|
62.902
|
51,11%
|
123.061
|
0,35%
|
31
|
33.72
|
KOTA SURAKARTA
|
271.667
|
49.53%
|
276.810
|
50,47%
|
548.477
|
1,58%
|
32
|
33.73
|
KOTA SALATIGA
|
85.420
|
49.41%
|
87.443
|
50,59%
|
172.863
|
0,50%
|
33
|
33.74
|
KOTA SEMARANG
|
805.910
|
49.97%
|
806.893
|
50,03%
|
1.612.803
|
4,65%
|
34
|
33.75
|
KOTA PEKALONGAN
|
150.692
|
50.53%
|
147.553
|
49,47%
|
298.245
|
0,86%
|
35
|
33.76
|
KOTA TEGAL
|
138.671
|
50.70%
|
134.845
|
49,30%
|
273.516
|
0,79%
|
Jumlah
penduduk
|
17.539.218
|
50,58%
|
17.135.652
|
49,42%
|
34.674.870
|
0
|
FAKTOR TERJADINYA LEDAKAN PENDUDUK DI
JAWA TENGAH
- Jumlah penduduk yang besar.
- Pertumbuhan penduduk yang cepat.
- Penyebaran penduduk yang tidak merata.
- Banyaknya yang menikah di usia dini.
- Program KB tidak terlaksana dengan baik.
- Menurunnya angka kematian,yang disebabkan oleh berkembangnya dalam bidang kesehatan atau medis.
- Banyak penduduk desa yang bertransmigrasi,sehingga pusat kota menjadi lebih padat.
Masalah yang akan timbul dengan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat seperti banyaknya pengangguran disebabkan oleh kurangnya lapangan pekerjaan,banyak terjadinya tindakan kriminal,angka kemiskinan menjadi lebih tinggi.
Menurut saya dalam menanggapi masalah ini, Pemerintah harus dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan hidupnya dan juga menyediakan lapangan kerja, sarana dan prasarana kesehatan dan pendidikan serta fasilitas sosial lainnya, dan perbanyak penyuluhan tentang program KB.
BEBERAPA
DAMPAK LEDAKAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP KESEJAHTERAA SOSIAL EKONOMI KHUSUSNYA DI JAWA TENGAH
- Mempersulit administrasi pemerintahan. Administrasi pemerintahan identik dengan pencatatan data registrasi vital penduduk yaitu fertilitas (kelahiran), mortalitas (kematian), dan migrasi (perpindahan) penduduk. Selain itu pemerintah juga harus melayani kebutuhan administrasi penduduk, misalnya seperti pembuatan KTP, pembuatan akte kelahiran, pembuatan kartu keluarga dan lain-lain. Jika terjadi ledakan atau kepadatan jumlah penduduk, maka terbayang bagaimana sulitnya pemerintah harus mencatat segala aktivitas penduduk tersebut di atas. Dan terbayang pula berapa pegawai pemerintahan yang harus dibutuhkan untuk melayani kebutuhan administrasi penduduk yang semakin banyak.
- Meningkatnya permintaan terhadap kebutuhan sandang, pangan, dan papan .
Jika terjadi ledakan jumlah penduduk, maka semakin banyak pula manusia yang membutuhkan asupan sandang, pangan, dan papan. Maka pemerintahpun harus menambah ketersediaan sandang, pangan, dan papan untuk penduduknya yang semakin bertambah tersebut. Kebutuhan akan sandang dapat dipenuhi oleh industri tekstil, kebutuhan akan pangan dapat dipenuhi oleh industri pertanian (salah satunya), dan kebutuhan papan dapat dipenuhi oleh industri bahan bangunan (salah satunya). Hal ini tentu menjadi tanggung jawab pemerintah untuk menjamin ketersediaan stok sandang, pangan, dan papan untuk penduduk yang berada di daerahnya.Tapi apa yang terjadi jika ternyata stok sandang, pangan, dan papan yang ada ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan penduduk yang jumlahnya semakin bertambah?
Kita ambil contoh untuk kebutuhan pangan, pemerintah memiliki BULOG (Badan Urusan Logistik) untuk pemerintah pusat dan DOLOG (Depot Logistik) untuk pemerintah daerah yang berfungsi salah satunya untuk menjamin ketersediaan kebutuhan pangan pokok seperti beras, minyak goreng, gula, dan lain-lain. Kita persempit lagi contohnya, yakni DOLOG Provinsi Jawa Tengah. Semakin bertambahnya penduduk, maka akan semakin banyak pula kebutuhan pangan pokok yang harus disediakan oleh DOLOG. Bagaimana jika kebutuhan sembako yang disediakan oleh DOLOG ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan penduduk di daerah itu ? Tentu sembako akan menjadi barang rebutan dan akan menjadi barang yang langka di Jawa Tengah yang mengakibatkan harganya akan semakin melonjak dan masyarakat yang berada di kelas ekonomi menengah ke bawah tidak mampu membeli kebutuhan pangan pokok tersebut, dan tentu akan berdampak pada kemiskinan yang kian parah. - Berkurangnya lahan yang ada di Jawa Tengah.Untuk memenuhi kebutuhan papan yakni rumah tentu kita memerlukan lahan untuk membangun. Semakin bertambah banyak penduduk, tentu kebutuhan akan rumah semakin banyak dan otomatis lahan yang dibutuhkan semakin banyak. Sementara lahan yang tersedia luasnya tetap. Yang akan terjadi adalah padatnya pemukiman di Jawa Tengah, seperti di Semarang, sedikit sekali lahan-lahan kosong yang tersisa. Meskipun kosong, biasanya sudah ada yang memiliki untuk keperluan investasi atau akan dijadikan tempat tinggal anak cucunya. Sedikit sekali lahan yang menjadi resapan air. Akibatnya berbagai dampakpun menyusul, seperti banjir. Selain itu, makin sedikitnya lahan yang kosong, akan membuat harga tanah di Jawa Tengah semakin melonjak, dan tentu saja masyarakat ekonomi menengah ke bawah tidak mampu membeli tanah untuk membangun rumah, sehingga mereka mencari “lahan” lain untuk tinggal, seperti kolong jembatan, taman kota, stasiun, emperan toko, dan lain-lain. Jadilah mereka menyandang gelar tunawisma.Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan papan, untuk memenuhi kebutuhan pangan pun kita memerlukan lahan. Misalnya beras, untuk menghasilkan beras tentu diperlukan sawah untuk menanam padi. Pemerintah daerah tidak mungkin akan terus bergantung kepada pemerintah pusat untuk penyediaan beras. Semakin bertambahnya penduduk semakin bertambah pula kebutuhan akan beras di Jawa Tengah. Dan semakin bertambahnya kebutuhan beras akan semakin bertambah pula kebutuhan akan lahan untuk menanam padi.Jika kita llihat dua fenomena di atas, ledakan penduduk akan mengakibatkan terjadinya perebutan lahan untuk perumahan dan pertanian. Dan sebagian besar fenomena yang terjadi dewasa ini adalah pengikisan lahan yang lebih diutamakan untuk perumahan. Kemudian ledakan penduduk juga akan berakibat semakin berkurangnya rasio antara luas lahan dan jumlah penduduk atau yang biasa kita sebut dengan kepadatan penduduk.
- Rusaknya lingkungan hidup di Jawa Tengah.Salah satu dampak dari fenomena ledakan jumlah penduduk atau kepadatan penduduk adalah rusaknya lingkungan hidup. Rusaknya lingkungan hidup karena setiap orang pasti mengeluarkan output berupa limbah (misalnya sampah, limbah kegiatan rumah tangga, dan lain-lain). Jika jumlah penduduk semakin banyak, maka limbah yang tercipta akan semakin banyak dan dapat mencemari lingkungan hidup sekitar kita.
- Meningkatnya angka pengangguran.Semakin bertambahnya jumlah penduduk di Jawa Tengah tentu akan meningkatkan jumlah tenaga kerja yang tersedia. Namun bagaimana jika lapangan pekerjaan yang tersedia tidak cukup menampung jumlah tenaga kerja yang ada ? Tentu hal ini akan berdampak pada meningkatnya angka pengangguran di Jawa Tengah. Meningkatnya angka pengangguran ini akan diikuti oleh meningkatnya angka kriminalitas , kemiskinan, dan berbagai kesnjangan sosial di Jawa Tengah.
Beberapa
hal di atas merupakan dampak dari fenomena ledakan jumlah penduduk di Jawa Tengah.
Jika hal di atas dibiarkan terus terjadi maka penduduk di Jawa Tengah akan menjurus ke arah kemiskinan. Fenomena
ledakan jumlah penduduk di Jawa Tengah tentu dapat dicegah oleh pemerintah
melalui beberapa langkah, salah satunya adalah lebih menggalakkan program KB.
Misalnya dengan melakukan penyuluhan di daerah-daerah yang terpencil (pedesaan)
di Jawa Tengah. Program KB tentu akan berhasil jika semua masyarakat sadar akan
pentingnya program ini. Peran pemerintahpun diperlukan untuk mengontrol
jalannya program KB. Jika program KB berhasil, maka penduduk di Jawa Tengah
tidak perlu merasakan beberapa dampak fenomena ledakan jumlah penduduk. Dan
tentu saja tingkat kesejahteraan penduduk di Jawa Tengah dapat meningkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar